Monday 11 July 2011

(¯` ♥ بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ♥ ´¯)

(¯` ♥ بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ♥ ´¯)

Bacalah dengan penuh Cinta dan Dzikir hati
----------------------------------------------------


(¯`v´¯).♥ Menjemput Keindahan Dengan Keindahan ♥.(¯`v´¯)


Senja itu,


Seorang sahabat yang tidak pernah letih

melantunkan kidung do'a-do’a harapannya

termenung di sudut kekhawatiran.


Gurat2 kegelisahan tanpak jelas menyelimuti

wajah beningnya.


Saya tau, sudah lama dia belajar merajut surga

impian dengan benang-benang munajat syahdunya.

Surga impian yang di rindukan oleh setiap

hamba-hambaNya yang sholih. Surga impian

yang menjadi ratapan pilu dalam setiap

ritual cinta seorang hamba yang sedang

menyendiri. Surga impian bagi para ikhwan

sejati yang sedang bertekad menyempurnakan

separuh agamanya.


Tapi sekarang.

Bunga-bunga harapan yang senantiasa

menghiasi angannya mulai menghimpit senyumnya.

Menciptakan kabut-kabut pekat dalam hatinya.

Membuai kekhawatiran dan kegelisahan yang sangat.

Memalingkan semua angannya dari sekenario

indahnya tuhan. Bahkan kado spesial yang

sedang di persiapkan tuhan pun tidak pernah

mendapatkan tempat di singgasana pikirannya.


Saya tau semua itu.

Saya dapat merasakannya.

Karena sebelumnya kondisi hati saya tidak jauh

beda dengannya.


Tapi sekarang hati ini sudah mampu tersenyum.

Tersenyum dalam setiap sandiwara indah tuhan.

Alhamdulillah...


Saya katakan kepada sahabat saya.


"Akhi...

Impianmu adalah impianku dulu. Impianmu adalah

impian para hamba yang sholih. Inpianmu adalah

impian para ikhwan yang merindu akhwat yang sholihah.

inpianmu adalah impian perindu "baiti jannati".

Tapi...

Taukah akhi, Sekarang saya telah mampu menghapus semua

mimpi indah itu. Saya merasa malu dengan semua impian itu.

Hati ini tidak kuasa menuntut banyak tentang keindahan. Saya

sadar, diri dan jiwa ini tidaklah seindah impian saya. Tidakkah

egois jika jiwa yang kotor menuntut jiwa bening yang

bertabur keindahan? Pantaskah jika seekor kumbang yang

berlumuran kotoran membelai bunga melati yang putih bersih

nan suci? Bukankah sebuah kesombongan jika merasa berhak

mndapatkan keindahan? Tidakkah cukup naïf jika pungguk

merindukan rembulan? Sungguh, betapa malunya diri ini.


Saya membayangkan Allah tersenyum geli dan berkata...

“Engkau ingin pendamping yang baik dan sholihah sudahkah

Engkau sendiri baik dan sholih? Engkau merindukan pribadi

yang suci dan indah sudahkah engkau sendiri suci dan indah?

Engkau merasa berhak mendapatkan semua keindahan itu

sedangkan hakku engkau kemanakan? Bukankah aku sebagai

penciptamu yang lebih berhak menentukan urusanmu? Engkau

menuntut semua inpianmu kepadaku seakan engkau tidak

percaya ayat 3&26 surat An-nur bahwa pribadi yang indah

berpasangan dengan yang indah pula.”


Akhi…

Sekarang saya hanya bisa berusaha keras memperindah diri

dan jiwa ini. Sembari berharap kepada Dzat yang maha pengasih

agar menjdikan saya seorang hamba yang sholih. Hamba

yang selalu takut kepada Nya. Hamba yang bertabur keindahan

dan kasih sayang. Hamba yang senantiasa belajar mengukir

namaNya yang indah dalam qolbu.

Akhi…

Inilah ikhtiarku sekarang.

Membiarkan hati ini senantiasa tersenyum dalam setiap

sandiwara indah tuhan.

Menyediakan ruang husnudzon yang selebar-lebarnya

untuk kado spesial yang sedang di racik tuhan.

Inilah ikhtiarku sekarang.

Menjemput pendamping yang sholihah dengan mensholihkan

diri.

Inilah ikhtiarku sekarang.

Menjemput keindahan dengan keindahan”

No comments:

Post a Comment